Rabu, 03 Oktober 2018

UPSUS SIWAB UNTUK KETAHANAN PANGAN DAN KESEJAHTERAAN PETERNAK



Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan ketahanan nasional untuk mewujudkan ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani/ peternak. Ketersediaan pangan asal hewan termasuk daging sapi yang mudah diakses dari sisi produksi dan harganya sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan konsumsi protein masyarakat terutama bagi usia pertumbuhan. Peningkatan konsumsi protein bagi anak usia pertumbuhan merupakan salah satu upaya untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang kuat, cerdas dan inovatif dalam menyonsong era globalisasi yang mengedepankan efisiensi dan daya saing dalam segala bidang.
Pada sisi lain usaha peternakan khususnya peternakan sapi potong dan kerbau sebagian besar diusahakan oleh petani dalam skala kecil sebagai usaha sambilan atau disebut dengan peternakan rakyat. Walapun sistem peternakan rakyat sebagai usaha integrasi dalam sistem usaha tani di pedesaan (diversifikasi pertanian), namun telah mampu menjadi penopang sebahagian besar kebutuhan daging nasional. Dengan banyaknya peternak yang terlibat pada usaha peternakan, diharapkan kondisi tersebut dapat meningkatkan dan menumbuhkan ekonomi kerakyatan terutama di pedesaan. Perkembangan sektor peternakan juga akan mendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi hulu dalam penyediaan input produksi dan ekonomi hilir dalam kegiatan distribusi, pemasaran, pengolahan hasil dan jasa keuangan. Oleh karena itu pembanagunan peternakan sebaiknya diarahkan dalam satu sistem agribisnis yang holistic terintegrasi dari hulu sampai hilir yang bersinergis dengan usaha pertanian lainnya (diversifikasi pertanian) sehingga lebih efisen.
Pertumbuhan populasi ternak sapi dan peningkatan produksi daging menjadi hal utama untuk memenuhi kebutuhan daging nasional yang mudah diakses oleh konsumen baik kualitas maupun kuantitasnya. Disamping itu permintaan terhadap daging sapi diyakini akan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, tingginya kesadaran untuk mengkonsumsi pangan bergizi tinggi dan berkembangnya industri kuliner yang menyajikan bahan baku berbasis daging sapi. Tingginya permintaan daging sapi harus diimbangi dengan pertumbuhan populasi dan produksi daging sapi dalam negeri, sehigga kebutuhan daging dalam negeri dapat dipenuhi dari hasil peternakan sendiri terutama peternakan rakyat dan impor secara bertahap dapat dikurangi. Kebutuhan daging nasional belum sepenuhnya dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri karena pertumbuhan populasi sapi dalam negeri masih lambat atau belum optimal.
Lambatnya pertumbuhan populasi sapi dalam negeri secara umum disebabakan oleh belum optimalnya manajemen reproduksi ternak sapi ditingkat peternak dan adanya gejala penurunan peforma ternak yang berdampak terhadap penurunan produksi daging. Manajemen reproduksi yang tidak optimal berimplikasi pada, banyaknya kejadian IB berulang atau sevice per conseption masih tinggi rata-rata 2-3 sehingga jarak beranak menjadi lebih panjang dari normalnya. Selain itu masih banyak terjadi perkawinan sedarah (inbreeding) terutama di daerah dengan pemeliharaan ternak secara ektensif yang berpengaruh terhadap rendahnya mutu genetik yang akan berdampak pada rendahnya produktivitas ternak. Belum optimalnya manajemen reproduksi sapi potong meyebabkan kerugian bagi peternak baik secara materi maupun immaterial. Peternakan akan membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu kelahiran anak atau pertumbuhan anak sapi yang tidak optimal tidak sesuai dengan yang semestinya.
Mencermati hal tersebut dalam upaya percepatan peningkatan populasi sapi, pemerintah menjalankan Upaya khusus sapi indukan/kerbau wajib bunting (Upsus Siwab) yang diamanatkan dalam Permentan Nomor 48/Permentan/PK.210/10/2016. Melalui program upsus siwab diharapkan dapat  memperbaiki sistem pelayanan peternakan kepada masyarakat, perbaikan manajemen reproduksi dan produksi ternak  serta perbaikan sistem pelaporan dan pendataan reproduksi ternak melalui sistem aplikasi iSIKHNAS. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan Upsus Siwab, maka pelaksanaannya dilakukan secara teritegrasi dengan kegiatan pendukung lainnya yaitu pendistribusian semen beku dan N2 cair, penanggulangan gangguan reproduksi, penyelamatan pemotongan betina produktif dan penguatan pakan.
Upsus Siwab merupakan program nasional untuk ketahana pangan yang harus dijalankan oleh seluruh instansi pemerintah terkait pusat maupun daerah untuk menterjemahkan, merumuskan dan mengimplementasikan strategi dan upaya untuk mensukseskan program tersebut. Dalam upaya pelaksanaan Upsus Siwab maka ditetapkan Penanggungjawab Supervisi di tingkat provinsi dan kabupaten/kota yang mendampingi pelaksanaan kegiatan di daerah. Koordinasi antar instansi, antar penangungjawab supervisi, antar dinas, antar bidang  diperlukan untuk bekerjasama, bersinergi dalam menjalankan program upsus siwab sehingga timbul harmonisasi pemahaman untuk besama-sama membangun dan mensejahterakan peternak agar berdaya saing.
Berbagai upaya dilakukan untuk menjalankan program upsus siwab dengan baik, mulai dengan perbaikan pelayanan kepada masyarakat, pengembangan SDM tenaga reproduksi ternak, perbaikan sarana dan prasarana pendukung, melakukan sosialisasi serta perbaikan sistem pelaporan melalui Isikhnas. Dihrapkan pelaksanaan Upsus Siwab berjalan dengan baik, sehingga dapat memperbaiki sistem reproduksi ternak yang berdapmpak terhadap kesejahteraan peternak dan peningatan produktiivitas ternak sapi Dallam negeri untuk mewujudkan swasembada pangan. (Al Hendri)

Minggu, 27 Mei 2018

KEMITRAAN PETERNAKAN DOMBA MENUJU PASAR EKSPOR

Jatuh bangun dalam usaha agribisnis peternakan sudah menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi Agus Solehul Huda, salah seorang pengusaha peternakan domba di kabupaten Jember Jawa Timur. Namun, dengan kesabaran dan keihlasannya untuk tetap menekuni agribisnis peternakan domba, kini usahanya mulai berkembang dan memberikan hasil yang memuaskan bahkan akhir bulai Mei 2018 ini, akan mengekspor domba ke Malaysia bekerjasama denga PT. Inkopmar Cahaya Buana sebagai eksportir. 

Pihak importir Malaysia sudah melakukan kunjungan ke peternakan Globasindo Multifarm milik Agus untuk melihat lagsung kondisi dan ketersediaan ternak domba. Dalam kunjugan tersebut Malaysia meminta 20.000 ekor domba/tahun, baru dapat dipenuhi sebesar 10.000 ekor dengan pengiriman 2.500 ekor per dua bulan dengan selama 3 tahun dalam kontrak awal. 

Selain ke Malaysia pasar ekspor juga terbuka ke Brunai Darussalam yang meminta domba sebanyak 6.250 ekor per bulan dalam bentuk karkas. Namun permintaan tersebut belum bisa dipenuhi karena adanya persyaratan HCCP dari negara tersebut dan belum ada RPH khusus pemotongan ternak domba. 

Dengan terbukanya pasar ekspor ini akan dapat memberikan nilai tambah dan daya saing bagi peternakan dalam negeri khusunya Kabupaten Jember yang selama ini masih pemasaran lokal antar provinsi. Namun demikian perlu untuk menjamin ketersediaan supply ternak domba sehingga kegiatan ekspor bisa berjalan kontinyu. 

Sarjana peternakan UGM yang pernah menjadi SMD ini, sudah memulai peternakan domba dari tahun 2010, ia mengembangkan usaha tersebut dengan sistem kemitraan yang melibatkan peternak di sekitar tempat tinggalnya di Desa Wonosari Kecamatan Gulukmas Kabupaten Jember yang dikelola oleh UD. Globasindo Multifarm. Jumlah peternak mitranya saat ini 75 orang dengan total kapasitas kandang 3.500 ekor. Pola kemitraan yang dikembangkan adalah peternak membeli bakalan dan pakan dari Globasindo Multifarm dengan harga yang sudah disepakati bersama pada saat pembelian. Peternak membeli bakalan umur 10 bulan dengan harga Rp 36.000/kg secara ditimbang. Peternak akan melakukan penggemukan selama 35 hari dengan rata rata kenaikan bobot badan 5 kg. Selanjutnya peternak akan menjual kembali ke Globasindo Multifarm secara ditimbang dengan harga yang sama pada waktu pembelian bakalan. 

Untuk meningkatkan produksi daging, Agus juga mengolah pakan sendiri, dengan memanfaatkan sumber bahan pakan yang ada disekitarnya dalam bentuk konsentrat, dengan produksi 3 ton per hari. Pakan dijual ke peternak seharga Rp 2.800/Kg dengan FCR 7. Dengan penggunaan pakan tersebut, peternak tidak perlu lagi untuk mencari hijauan sehingga biaya dan waktu pemeliharaan lebih efisien. 

Komitmen Agus dalam memgembangkan usaha peternakan untuk membangun perekonomian dan meningkatkan pendapatan peternak di daerahnya, menghantarkan beliau sudah dua kali mendapatkan penghargaan Adi Karya Pangan Nusantara di istana Kepresidenan pada tahun 2011 dalam kategori Pelaku Usaha Kemitraan Agrobisnis dan tahun 2012 dalam kategori Sarjana Membangun Desa. 

Namun demikinan, masih terdapat permaslaahan yang dihadapi oleh kemitraan Globasindo Multifarm untuk mengembangkan usahanya, diantaranya kesulitan bagi peternak mitra untuk mengembangan skala usaha karena keterbatasan modal dan sulit untuk mengakses pembiayaan dari lembaga perbankan. Selain belum ada peternakn yang khusus melakukan pembibitan ternak domba, sehingga pasokan bakalan masih didapatkan dari pasar hewan dan pengolahan pakan masih dilakukan secara manual. 

Surabaya, 24 Mei 2018 
Al Hendri

“NEGARA KAYA TERNAK TIDAK AKAN PERNAH MISKIN”

Sejak dilakukan domestikasi  ( m enjinakan) hewan buruan oleh manusia, yang pada awalnya hanya untuk kebutuhan pangan keluarga sehari-hari, ...